Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Sifat Orang-Orang Yang Mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Sabtu, 16 Desember 2023

Khutbah Jumat: Sifat Orang-Orang Yang Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 2 Jumadal Akhir 1445 H / 15 Desember 2023 M.

Khutbah Jumat Pertama: Sifat Orang-Orang Yang Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Maka, kewajiban kita adalah ittiba’, yaitu mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam hidup. Allah berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik, (yaitu) bagi yang menginginkan Allah dan kehidupan akhirat, dan dia banyak mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Di situ Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwasannya orang-orang yang bisa menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidup, mereka memiliki sifat-sifat berikut ini:

Menginginkan Allah dan kehidupan akhirat

Yang pertama, yaitu bagi orang yang menginginkan Allah serta kehidupan akhirat. Mereka meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada apa yang ada dalam kehidupan dunia. Allah berfirman:

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la[87]: 17)

Kesenangan dunia hanyalah sesuatu yang sebentar. Kesenangan dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesenangan kehidupan akhirat. Ketika seseorang yakin bahwa yang ada di sisi Allah lebih baik, maka itulah yang menyebabkan ia mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Banyak mengingat Allah

Kemudian, Allah menyebutkan sifat kedua. Yang dapat menjadikan rasul sebagai Uswatun Hasanah, yaitu banyak mengingat Allah. Banyak mengingat Allah merupakan kekuatan yang dahsyat untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam ini sudah begitu banyak. Tolong berikan aku sebuah perintah yang jelas dan tegas yang dapat senantiasa aku pegang selalu.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

 لا يزال لسانك رطباً من ذكر الله

“Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan ingat kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Bayangkan saudaraku, perhatikan hadits ini, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diadukan kepadanya oleh seorang laki-laki bahwa syariat Islam terlalu banyak sekali, dan ini memang benar. Kalau kita pelajari syariat Islam, sangat banyak sekali. Sahabat tersebut meminta amalan yang membuat dia mudah untuk menjalankan syariat Allah ‘Azza wa Jalla.

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Senantiasa lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Karena orang yang ingat kepada Allah, Allah akan ingat kepada dia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ 

“Ingatlah Aku, niscaya Aku akan ingat kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]: 152)

Apabila Allah ingat kita, pasti Allah bantu kita, saudaraku. Allah pasti memberikan kepada kita kekuatan, taufik, dan inayahNya. Sebaliknya, orang yang lalai dari mengingat Allah, yang hanya memikirkan tentang kehidupan dunia, hanya memikirkan tentang syahwat, maka hatinya dipalingkan dari Allah, sehingga berat ia menjalankan perintah-perintah Allah. Karena setan lah yang menjadi temannya. Allah berfirman:

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Dan siapa yang berpaling dari berdzikir kepada Ar-Rahman, Kami akan jadikan setan sebagai teman akrabnya yang akan menemani kita.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36)

Ketika setan menemani diri kita, tentu setan tidak ingin kita mengingat Allah; setan ingin agar kita masuk ke dalam api neraka. Na’udzubillah.. Maka setan akan menyuruh kita kepada kemaksiatan, akan menggoda dan menjauhkan kita dari ketaatan kepada Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Akibat kelalaian hati kita dari mengingat Allah, akibat kita berpaling dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu, Allah melarang kita menjadi orang-orang yang lupa kepada Allah. Akibatnya, Allah menjadikan kita lupa kepada diri kita sendiri. Allah berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.

“Jangan kalian menjadi orang-orang yang suka melupakan Allah, sehingga Allah jadikan ia lupa kepada dirinya sendiri.” (QS. Al-Hasyr[59]: 19)

Ia lupa kepada maslahat dirinya, ia lupa kepada sesuatu yang bermanfaat untuk hidupnya, akibat ia senantiasa lupa dan berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Demi Allah, mengingat Allah itu kekuatan di hati kita. Allah menyuruh kita agar banyak mengingat Allah. Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ‎﴿٤١﴾‏ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ‎﴿٤٢﴾‏

“Hai orang-orang yang beriman, banyaklah mengingat Allah, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab[33]: 41-42)

Allah menyuruh kita untuk mengingatNya, bukan karena Allah butuh kepada dzikir kita, tidak sama sekali. Akan tetapi, kita yang butuh kepada dzikir. Karena ketika kita berdzikir, Allah memberikan kepada kita banyak sekali kenikmatan yang akan kita rasakan.

Khutbah Jumat Kedua: Perkara yang Harus Diperhatikan Setelah Beramal Shalih

Akan tetapi, untuk merealisasikan dzikir ini, sesuatu yang tidak mudah, saudaraku. Karena sudah kita sebutkan bahwa setan akan berusaha menggoda dan menghalangi-halangi kita. Sehingga kita lebih asik mengingat dunia dan syahwat. Ketika dunia dan syahwat lebih asik di hati, maka kita tidak akan merasakan asyik dan nikmatnya berdzikir kepada Allah. Hal ini karena ada sesuatu yang lain yang lebih nikmat di hati kita dari mengingat Allah. Akibatnya, Allah palingkan hati kita dari mengingat Allah Rabbul ‘Alamin.

Padahal, kata Ibnu Qayyim: “Di antara adzab yang paling keras yang Allah berikan kepada seorang hamba di dunia ini, yaitu dipalingkan hatinya dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Subhanallah, tidakkah kita merasa rugi, waktu-waktu kita habis hanya untuk mengingat sesuatu yang tak ada manfaatnya? Bukankah lebih baik kita membaca Al-Qur’an, mengingat Allah dan berdzikir, mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar? Sehinga hati kita terus bercahaya dengan keimanan, sehingga Allah pun memberikan kepada kita taufik dan kekuatan. Bukankah itu lebih baik daripada kita mengikuti berbagai macam berita-berita hangat yang tak ada manfaatnya untuk hidup kita? Daripada kita habiskan waktu untuk main game dan media sosial yang sering kali melalaikan hati kita dari Allah ‘Azza wa Jalla?

Sampai kapan kita akan terus lalai, saudaraku? Allah berfirman:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ…

“Belum saatnya kah untuk orang-orang yang beriman agar hatinya khusyuk dengan dzikir kepada Allah?” (QS. Al-Hadid[57]: 16)

Tidak, demi Allah. Saat itu, kita tidak ada lagi kesempatan. Benar, hari ini kita berusaha untuk banyak mengingat Allah, mempelajari syariatNya, menjalankan perintahNya, dan menjauhi laranganNya.

Download mp3 Khutbah Jumat: Sifat Orang-Orang Yang Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Sifat Orang-Orang Yang Mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53718-khutbah-jumat-sifat-orang-orang-yang-mengikuti-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/